Buku adalah teman setia dalam perjalanan hidup saya, tempat saya menemukan dunia yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih beragam dari apa yang bisa saya bayangkan. Melalui buku, saya mengenal berbagai kehidupan, berpetualang ke dunia lain, dan menyelami mimpi-mimpi yang tak terbatas. Buku mimpi tidak hanya berisi kata-kata, tetapi juga potongan-potongan dunia yang ditulis dengan bahasa. Dan melalui bahasa, saya bisa mengekspresikan apa yang ada dalam hati, berbicara dengan dunia, dan menggenggam mimpi-mimpi yang ingin saya capai. Dalam setiap halaman yang saya buka, ada pelajaran baru, ada petunjuk baru, ada jalan-jalan menuju impian saya yang mungkin sebelumnya hanya sekadar angan-angan.
Buku dan mimpi, keduanya seperti dua sisi dari koin yang sama. Mimpi adalah gambaran yang kita buat di dalam pikiran, sedangkan buku adalah alat yang dapat membawa mimpi itu menjadi kenyataan, setidaknya dalam bentuk pemahaman dan perspektif. Setiap buku yang saya baca membuka cakrawala baru dalam perjalanan mimpi saya. Terkadang, buku mengajarkan saya tentang dunia, terkadang juga mengajarkan saya tentang diri saya sendiri. Dalam perjalanan ini, saya tidak hanya menjadi pembaca, tetapi juga seorang penulis cerita saya sendiri, dengan buku-buku sebagai panduan.
Bahasa adalah kunci dari semua itu. Tanpa bahasa, buku akan kehilangan makna, dan mimpi-mimpi itu akan tetap menjadi sesuatu yang abstrak, tidak bisa diungkapkan. Bahasa memberi saya kemampuan untuk menyampaikan ide-ide, untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran yang terkadang sulit dipahami. Lewat bahasa, saya bisa merangkai kata-kata menjadi sebuah cerita yang hidup. Setiap buku adalah hasil dari perjuangan untuk menemukan kata-kata yang tepat, untuk mengekspresikan mimpi-mimpi yang tertulis dalam hati penulisnya. Dalam setiap kalimat, saya bisa merasakan denyut kehidupan yang dihidupkan oleh bahasa itu sendiri.
Saya, buku, mimpi, dan bahasa—keempatnya saling terkait dalam perjalanan hidup saya. Buku memberi saya bahan untuk bermimpi, bahasa memberi saya cara untuk mengungkapkan mimpi-mimpi itu, dan saya berusaha untuk mewujudkan semua yang telah saya baca dan pahami. Melalui buku, saya belajar tentang dunia yang lebih besar dari diri saya, dan dengan bahasa, saya berusaha menghubungkan mimpi saya dengan kenyataan. Seiring waktu, mimpi-mimpi itu tak hanya menjadi milik saya, tetapi juga menjadi bagian dari cerita yang tertulis dalam buku yang saya baca dan tulis. Dalam perjalanan ini, saya memahami bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi jembatan antara mimpi dan dunia nyata.